Pages

2.27.2010

Tugas Kelompok II

4 tahapan ujian pembaruan pendidikan menurut Nisbet:

1. The Increase in Workload ( pertambahan beban kerja) ,
Yaitu suatu konsep baru yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk mengantisipasi kekurangan dari konsep yang sudah ada, sehingga ketika terjadi masalah, kita tidak terlalu repot untuk mencari penyelesaiannya.
Contoh :
Dulu kami punya konsep bahwa ketika hendak mengikuti perkuliahan psikologi sosial, kami tidak perlu memahami topic secara mendalam, cukup hanya membacanya saja. Setelah itu, kami membuat suatu konsep baru behwa untuk mengikuti kuliah psikologi sosial, kami harus benar- benar mambaca dan memahami topic yang diajarkan, agar ketika ditanya dosen kami bisa menjawab dan tidak dikeluarkan dari kelas.

2. Loss of Confidence (kehilangan kepercayaan) ,
Yaitu pendidik harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga ketika peserta didiknya memberikan ide-ide, pendidik tersebut mampu untuk merespon dan peserta didik yakin bahwa pendidik tersebut memang mahir dalam bidangnya.
Contoh :
Pada salah satu mata kuliah di psikologi, ada seorang dosen yang tampaknya tidak siap ketika mengajar (dosen baru). Dan ketika mahasiswa bertanya, dosen itu tidak tahu menjawabnya dan beralasan pertanyaan itu melenceng dari topic yang sedang dibahas, atau pertanyaan itu tidak masuk dalam ujian. Jadi mahasiswa beranggapan bahwa dosen itu tidak mahir sebagai pendidik.

3. The Period of Confusion (masa kacau) ,
Yaitu ketika konsep baru belum memiliki arah dan tujuan yang jelas, maka masalah atau gangguan mungkin saja terjadi, namun pendidik masih bisa mengatasinya.
Contoh :
Ketika kita dibagi dalam suatu kelompok, dimana kelompok ini belum mempunyai tujuan yang jelas, sehingga memungkinkan terjadinya social loafing, maka pendidik berperan untuk mengarahkan agar tujuan dari kelompok itu jelas.

4. The blacklash ,
Yaitu jika terjadi masalah, maka dipecahkan menurut upaya-upaya pembaruan.
Contoh :
Kami sulit menghafal begitu banyak bahan mata kuliah di psikologi, kami gunakan mind map.



Anggota kelompok :

* Alfine Pebrina ( 08- 001)

* Risa Fadila ( 08- 003 )

* Dewi R.M.H ( 08- 055)

* Susi Tambunan ( 08-061)

* Laura Feronika (08- 092)

2.26.2010

"Komunikasi Tertulis dalam POD: resume 5"

Komunikasi tertulis adalah bagian dari komunikasi yang ditujukan kepada mereka yang membaca. Bentuk komunikasi tertulis yang paling sering digunakan yaitu:
a. Surat (laporan berkala dan surat edaran)
Laporan berkala adalah laporan yang dikirim secara pribadi kepada orang banyak.
Surat edaran tidak sama seperti laporan berkala yang sifatnya pribadi, tetapi lebih memfokuskan pada suatu peristiwa, kejadian, atau keadaan lingkungan.
b. Berita
Bagi sebagian organisasi, berita menunjuk pada artikel yang dicetak dalam surat kabar lokal. Terdapat enam hal yang dipakai editor untuk menentukan apa yang akan dicetak:
1. Ketepatan waktu
2. Kedekatan
3. Akibat/pengaruh
4. Menonjol
5. Pusat perhatian orang
6. Kebijakan surat kabar
Suatu berita akan bernilai tinggi jika ada foto peristiwanya. Berita juga dapat dimuat dalam surat kabar dinding dan dipasang di tempat yang ramai dikunjungi. Agar dapat membuat berita yang bagus maka perlu dilakukan pelatihan khusus.
c. Buletin, Folder¸Leaflet, atau Pamflet
Buletin, folder¸leaflet, atau pamflet adalah informasi tertulis mengenai subjek khusus yang panjangnya bervariasi. Dalam membuatnya, yang paling penting yaitu kesederhanaan tetapi dengan penampilan yang menarik.
d. Poster
Poster adalah lembar kertas atau karton dengan ilustrasi dan biasanya hanya menggunakan sedikit kata-kata.
Ada beberapa saran dalam merancang protes, yaitu:
1. Menentukan secara pasti siapa sasarannya
2. Kata-kata dan sket gambar dibuat secara sederhana dan jelas
3. Pesan ditulis dalam kata-kata yang singkat, cermat, dan mengena
4. Gambarkan secara kasar dengan ukuran yang lebih kecil
5. Menggunakan huruf balok dan warna yang menarik perhatian

Dalam membuat komunikasi tertulis ini yang paling penting adalah tulisan. Ada beberapa tips agar bisa menulis dengan cepat, yaitu:
1. Menulis dengan sederhana dan jelas
2. Memahami pembaca
3. Membuat rencana
4. Membuat draf kasar
5. Memilih kata-kata yang sederhana, sopan, dan bersifat pribadi
6. Menggunakan tanda baca untuk memperjelas kata
7. Tidak terlalu sering menggunakan huruf besar
8. Meminta persetujuan kepada pihak yang berwenang
9. Menyelesaikan dengan tepat waktu

Ada juga hal yang perlu diperhatikan agar tulisan yang dibuat mudah dibaca, yaitu:
1. Seperti bercakap-cakap
2. Menggunakan kata-kata yang pendek dan mudah dimengerti
3. Menggunakan kata-kata yang personal
4. Menggunakan kalimat yang pendek dan bervariasi
5. Menggunakan paragraf yang pendek
6. Menyusun kalimat dengan urutan yang logis
7. Mencek hal-hal yang penting, seperti:
a. Tata bahasa campuran
b. Peubah yang berayun
c. Berlebihan
d. Kata abstrak
e. Membatasi
f. Berbelit-belit
g. Susunan yang tercampur

"Metode POD; Resume 3"

Ada beberapa model atau metode dalam POD, yaitu:
1. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisa Peran
Merupakan pemberian bantuan belajar kepada orang dewasa sebagai pebelajar secara analisis serta partisipatif dengan beberapa tahapan, yaitu :
a. Pengenalan dan penghayatan terhadap masalah
b. Pengungkapan masalah
c. Pengolahan masalah
d. Penyimpulan cara pemecahan
Dalam metode ini, peserta dapat menganalisis dengan menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah, dan Peran). ATMAP adalah upaya meningkatkan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat.

Aplikasi metode ATMAP :
a. Arah program yang berisi tentang tujuan kegiatan, cara pelaksanaan dan cara penilaian dari program tersebut
b. Terapan program atau cara pelaksanaan program menurut arah yang telah ditetapkan baik yang sudah terwujud maupun yang belum dan adanya terapan tugas yaitu cara pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan.
c. Masalah pada terapan program dan masalah pada terapan tugas
d. Alternatif pada pemecahan masalah terapan program dan terapan tugas
e. Peran petugas

2. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)
Model ini memiliki lima fase yaitu :
a. Menghadapkan pebelajar dengan situasi teka-teki
b. Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi yaitu meminta pebelajar menanyakan serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh pembelajar dengan “ya” atau “tidak” dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen mengenai lingkungan situasi masalah.
c. Operasi pengumpulan data untuk eksperimen
d. Pebelajar menyadap informasi dan menjelaskan masalah
e. Pembelajar dan pebelajar bekerjasama menganalisis strategi

3. Model Pembelajaran Advance Organizer
Advance organizer adalah menyajikan materi pengenalan yang terlebih dulu kemudian menyajikan tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Model ini memiliki beberapa fase, yaitu :
a. Penyajian advance organizer:
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Menyajikan organizer yang mencakup :
(1) Mengidentifikasi batasan atribut
(2) Memberikan contoh
(3) Menyediakan bermacam-macam konteks
(4) Mengulangi istilah
3. Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan
b. Penyajian Materi Tugas:
1. Menyusun urutan materi
2. Membina perhatian pebelajar
3. Menyiapkan bahan organizer yang bersifat eksplisit
c. Memperkuat organisasi kognitif:
1. Menggunakan prinsip rekonsiliasi
2. Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif
3. Memperoleh pendekatan kritis

4. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Model ini memilikii nilai aplikasi penting, yaitu:
a. Pembelajar dapat menetapkan konsep dengan lebih baik
b. Pembelajar dapat mengenal strategi pengkategorisasian
c. Pembelajar dapat memperbaiki kualitas pembelajaran

Selain model, metode dan teknik pembelajaran juga memegang peranan penting dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Teknik pembelajaran POD dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Teknik Pembelajaran Perorangan (Individual)
Ciri-cirinya, yaitu:;
a. Lebih mengutamakan proses belajar oleh pebelajar daripada proses membelajarkan yang dilakukan sumber belajar
b. Terdapat tujuan pembelajaran yang jelas, spesifik dan dapat diukur
c. Pebelajar berperan aktif dalam menentukan tujuan belajarnya
d. Terdapatnya umpan balik dari pebelajar
Teknik pembelajaran perorangan ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
1. Yang berpusat pada pebelajar, seperti:
a. Modul
b. Permainan
c. Eksperimen
2. Yang berpusat pada sumber belajar, seperti tutorial.

2. Teknik Pembelajaran Kelompok (Group)
Teknik-teknik pembelajarannya, seperti:
a. Tutorial f. Curah pendapat (Brainstroming)
b. Teknik diskusi kelompok g. Teknik cawan ikan (Fish-bowl)
c. Teknik diskusi enam-enam h. Simulasi
d. Latihan i. Seminar
e. Kerja kelompok j. Simposium

3. Teknik Pembelajaran dalam Kelompok Besar (Massal)
Teknik-teknik pembelajarannya, seperti:
a. Kampanye
b. Gerakan pembangunan masyarakat

Referensi :
Yusnadi, M.S. Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi).

"Perencanaan POD; Resume 3"

Agar proses pendidikan dan pembelajaran pada orang dewasa dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip POD maka perlu dilakukan terlebih dahulu suatu perencanaan pendidikan. Di dalam membuat perencanaan pendidikan perlu adanya komponen dari perencanaan itu, yaitu:
1. Peserta didik 5. Organisasi pelaksana
2. Tujuan belajar 6. Kondisi masyarakat setempat
3. Sumber belajar (pembimbing) 7. Manfaat langsung
4. Kurikulum 8. Struktur organisasi

Selain komponen, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu perencanaan POD (Rahman, 1989), yaitu:
1. Penemuan yang telah ada sebelumnya 5. Penyusunan tujuan dan strategi
2. Penelitian keadaan lokasi 6. Rancangan implementasi
3. Perkiraan kebutuhan 7. Penetapan waktu pelaksanaan
4. Penyusunan skala prioritas 8. Penilaian

Dalam perkembangannya POD saat ini lebih banyak menggunakan metode partisipatif. Metode partisipatif ini memiliki prinsip perencanaan (Pidarta, 1989), yaitu:
1. Hubungan dengan masyarakat
2. Partisipan
3. Teknik kerja kelompok
4. Ramalan dan pembuatan program
5. Pengambilan keputusan

Dalam membuat metode partisipatif ini, ada prosedurnya yaitu:
1. Membuat antisipasi.
2. Membuat ramalan, tujuan, misi dan perencanaan prioritas
3. Menspesifikasi tujuan
4. Menentukan standar performansi
5. Menentukan alat atau metoe pemecahan
6. Melakukan implementasi dan menilai
7. Mengadakan review

Dalam proses belajar mengajar jika dilihat dari sudut pandang pendidik maka proses itu disebut peristiwa pengajaran. Menurut Gange & Briggs (1974) peristiwa pengajaran adalah dirancang untuk membuat peserta didik bergerak dari “di mana ia berada” pada saat awal pengajaran menuju pencapaian kemampuan yang telah ditetapkan dalam tujuan khusus pengajaran. Peristiwa pengajaran tersebut memiliki fungsi, yaitu:
1. Memperoleh perhatian peserta didik
2. Memberitahu tujuan khusus pengajaran
3. Membantu peserta didik mengingat kembali
4. Menyajikan materi pelajaran
5. Memberi bimbingan belajar
6. Memperoleh informasi
7. Memberi umpan balik tentang perbaikan performansi
8. Menilai performansi peserta didik
9. Meningkatkan retensi dan transfer

Selain rancangan pendidikan perlu juga dilakukan rancangan pengajaran, yaitu:
1. Identifikasi tujuan umum pengajaran
2. Melakukan analisis pengajaran
3. Identifikasi tingkah laku peserta didik
4. Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir-butir tes
6. Mengembangkan strategi pengajaran
7. Mengembangkan dan memilih materi pengajaran
8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif
9. Merevisi materi pengajaran
10. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif

Referensi:
Suprijanto, H. 2008. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Tahap ujian Nisbet, tugas individu 2

Menurut Nisbet, pembaruan pendidikan bisa melewati 4 tahap ujian; coba kamu pahami keempat prinsip tersebut dengan menggunakan kata-kata dan kalimatmu sendiri, kemudian beri contoh konkret yang menggambarkan proses pendidikan yang terjadi pada dirimu sendiri.

Jawaban:
Sistem pendidikan itu selalu berubah-ubah untuk mendapatkan hasil yang baik, sehingga perlu adanya pembaruan di dalam pendidikan tersebut baik dari struktur kurikulumnya, sistem pendidikannya dan metode pengajarannya. Supaya sistem pembaruan tersebut dapat diterima di dalam pendidikan maka sistem tersebut harus melewati empat tahapan ujian (Nisbet), yaitu:
1. The incres in workload (pertambahan beban kerja)
Sistem pembaruan tersebut harus sudah dipikirkan jauh sebelumnya sehingga ketika konsep yang lama tidak berlaku, dengan segera dapat menggantinya.
Contoh: saya dulu belajar menggunakan konsep hafalan. Ketika prosess belajar, saya mendapat materi tentang cara belajar, saya mencoba untuk mengaplikasikannya. Sehingga, ketika ujian saya mendapat nilai yang kurang bagus dengan metode hafalan, saya dapat dengan segera menggantinya dengan cara belajar yang lain, seperti mind map.
2. Loss of confidence (kehilangan kepercayaan)
Adanya persiapan skill / keahlian di dalam menerima ataupun mengembangkan ide-ide baru, sehingga kita tidak berdiam diri saja dengan pembaruan tersebut.
Contoh: saya tidak hanya bertahan dengan konsep cara belajar saya yang baru tersebut tetapi saya dapat menerima ide-ide yang lain maupun mengembangkan ide tersebut seperti metode mind map tersebut dalam membuatnya menggunakan berbagai warna tidak hanya satu.
3. The period of confusion (masa kacau)
Ketika sistem pembaruan tersebut belum jelas arah dan tujuannya maka kemungkinan gangguan atau kekacauan akan terjadi. Tetapi gangguan ini masih bisa diatasi.
Contoh: konsep belajar saya dengan metode mind map belum digunakan, maka kemungkinan timbulnya gangguan itu ada seperti bagaimana cara membuatnya tetapi masalah ini dapat diatasi misalnya dengan membaca buku mind map atau mencari di internet.
4. The blacklash
Ketika ada masalah yang timbul, maka sebaiknya mencari solusi tersebut berdasarkan upaya-upaya pembaruan.
Contoh: apabila saya mengalami masalah dengan konsep belajar saya yang baru ini maka solusinya haruslah diupayakan berdasarkan konsep yang baru tidak dengan konsep yang lama.

2.23.2010

"Alat Bantu Audiovisual POD"; resume 3"

Alat bantu audiovisual adalah bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Beberapa alat bantu audiovisual yang sering digunakan yaitu :
1. Papan tulis dan papan buletin
2. Chart, grafik, diagram dan peta
3. Drama, wayang kulit
4. Pameran
5. Papan flanel dan papan tempel
6. Gambar, foto, dan bahan cetakan
7. Radio, televisi dan video tape
8. Tape recorder
Adalah alat perekam yang dapat berisi diskusi, seminar, konvensi, konferensi dan lokakarya.
9. Poster, kartun dan kliping
10. Film, slide, filmstrip
Adalah alat bantu yang memiliki kesamaan dalam hal menggunakan transparansi (film) yang diproyeksikan pada sebuah layar agar dapat dilihat.
11. Overhead Projector
12. LCD Projection Panel
13. Pameran
Adalah sarana yang baik untuk menarik perhatian orang banyak dan menumbuhkan minat terhadap praktik yang dianjurkan.
14. Benda
Setiap alat bantu audiovisual ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sehingga kita harus pandai memilih alat bantu yang sesuai dengan kebutuhan.
Alat bantu audiovisual ini sangat berguna apalagi bila digunakan untuk materi atau konsep yang tidak dapat disampaikan dengan jelas jika tanpa alat bantu audiovisual ini. Misalnya, untuk menjelaskan konsep tentang air terjun Niagara, maka akan lebih mudah dipahami jika seseorang melihat air terjun Niagara tersebut seperti apa. Untuk melihatnya maka dapat digunakan alat bantu audiovisual ini.
Ketika menggunakan alat bantu audiovisual ini juga dapat terjadi kesalahan persepsi, seperti :
1. ABAV bukan suatu bentuk pendidikan tersendiri tetapi sebagai sarana pelengkap.
2. ABAV bukan hanya berupa gambar hidup.
3. Tujuan untama ABAV bukan sebagai hiburan tetapi agar proses belajar lebih menarik dan menyenangkan.
4. ABAV bukan meruapakan sesuatu yang baru.
5. ABAV bukan obat yang ampuh untuk mengatasi semua hambatan dalam belajar.
Sedangkan, manfaat dari ABAV ini antara lain :
1. Mendorong minat
2. Menghemat waktu
3. Melengkapi sumber belajar yang lain
4. Menambah variasi metode mengajar
5. Meningkatkan pengertian yang lebih baik
Dalam menggunakan ABAV ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ada juga cara-cara bagaimana ABAV ini digunakan seperti terarah, menyajikan pada waktu yang tepat, harus mengetahui cara menggunakannya, alat bantu untuk mengajarkan sesuatu, dapat mendorong partisipasi belajar, merencanakan penggunaan alat bantu, menggunakan beberapa alat bantu dan menyimpan alat bantu dengan baik.

Referensi :
Suprijanto, H. 2008. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

2.16.2010

"Membuat Bintang dari Tusuk Sate, Tidak Hanya Membutuhkan Kemampuan Kognitif; tugas 1"

Membuat Bintang dari Tusuk Sate, Tidak Hanya Membutuhkan Kemampuan Kognitif

Menurut Winkel (1996 ; 53), belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar.
Proses belajar yang saya dapatkan pada saat berkelompok untuk membuat bintang yang tidak lepas dari tusuk gigi adalah :
1. Berdasarkan landasan filosofis
Proses belajar yang didapatkan berdasarkan landasan filosofis yaitu melalui kegiatan ini kita diajarkan untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan tugas ataupun ketika menghadapi problema di dalam kehidupan ini. Dengan berpikir kritis kita melakukan perenungan dan mempertimbangkan cara seperti apa yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Dalam menyelesaikan tugas membuat bintang ini, juga membutuhkan berpikir filsafat. Berpikir filsafat maksudnya adalah berpikir secara radikal, sistematis dan universal. Berpikir radikal adalah berpikir sampai ke akar-akarnya di mana ketika menyelesaikannya kita dituntut agar bisa membuat bintang yang tidak lepas dan kuat sehingga ketika bintangnya diputar-putar pun tidak akan lepas.
Berpikir sistematis adalah berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling berhubungan yang teratur. Di mana ketika menyelesaikannya kita dituntut untuk membuat langkah-langkah yang teratur yang mana di atas atau di bawah.
Berpikir universal ialah berpikir secara menyeluruh, tidak khusus, tidak terbatas kepada bagian-bagian tertentu.
Berdasarkan pemikiran filsafat progresivisme, melalui kegiatan ini juga saya mendapatkan begaimana dalam memecahkan masalah diperlukan adanya pengalaman indra, belajar sambil bekerja dan mengembangkan intelegensi. Jadi, belajar tidak hanya dari buku tetapi melalui permainan ini juga dapat mengembangkan intelegensi.
Jadi, melalui filsafat pendidikan ini didapatkan bahwa dengan memahami berpikir filsafat ini, kita dapat menjadikannya sebagai dasar dalam berpikir untuk menyelesaikan masalah dan sebagai dasar dalam membuat keputusan

2. Berdasarkan landasan psikologis
Proses belajar yang didapatkan berdasarkan landasan psikologis yaitu melalui kegiatan ini behwa proses belajar ternyata tidak hanya memperhatikan kemampuan kognitif saja tetapi kita juga harus melihat adanya perbedaan-perbedaan dalam diri individu berdasarkan tingkat perkembangannya. Di mana perbedaan itu seperti tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, dan lain-lain.
Selain itu, melalui kegiatan ini juga dapat memahami taksonomi perilaku manusia yang mana terdiri dari 3 domain yaitu cognitive domain, affektive domain, dan psychomotor domain.
Dari cognitive domain dapat mengembangkan kemampuan mengingat yaitu ketika dalam membuat bintang tersebut saya mengingat cara apa yang sudah dilakukan dan ketika cara itu salah maka cara tersebut tidak digunakan lagi. Juga dapat mengembangkan kemampuan comprehension yaitu dapat menangkap makna dari atribut yang ada di ujung lidi, di mana atribut tersebut ternyata berfungsi sebagai pengait bagi lidi lainnya.
Dari affective domain dapat mengembangkan receiving yaitu bagaimana memperhatikan kontribusi dari masing-masing anggota agar dapat menyelesaikan tugas tersebut. Juga mengembangkan dalam menanggapi, mengnhargai, membentuk dan berpribadi.
Dari psychomotor domain dapat mengembangkan kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan dan kegiatan fisik.

3. Berdasarkan landasan sosiobudaya
Proses belajar yang didapatkan berdasarkan landasan sosiobudaya melalui kegiatan ini saya mendapatkan bahwa manusia itu memang merupakan makhluk sosial. Manusia memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Di mana dalam kelompok ini, setiap anggota memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan kami menggabungkan ide-ide yang kami miliki agar dapat menyelesaikan tugas tersebut.

Referensi :
1. Drs. H. Burhanuddin Salam “Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik)”
2. Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd. “Paradigma Baru Pembelajaran”

17 Februari 2010, Laura Feronika Pebriyanti Sihombing

Hasil Diskusi Kelompok Paedagogi 1

1. Mengapa dengan lidi tusuk sate bisa membentuk bintang yang tidak lepas daripada menggunakan lidi tusuk gigi?

1. Karena lidi tusuk sate lebih panjang daripada lidi tusuk gigi

2. Karena lidi tusuk sate lebih mudah dikaitkan daripada lidi tusuk gigi

3. Karena setiap lidi tusuk sate punya pengait sehingga lebih mudah dalam mengaitkannya dan kaitannya ini berbentuk lampion, sehingga ketika dikaitkan bintang yang terbentuk menjadi lebih kuat dan susah lepas meskipun diputar-putar.

2. Bagaimana anggota kelompok bersinergi di dalam kelompok dalam membuat bintang dengan lidi?

Kami membuat bintang awalnya dengan melakukan teknk trial and error yaitu dengan mencoba berbagai cara tanpa memikirkan teknik-teknik yang lain dan memang ini adalah cara yang salah dan menghabiskan waktu, namun kami tetap bersemangat karena Ibu Dina selalu memberikan kami semangat dan motivasi bahwa kami pasti bisa melakukannya. Kemudian kami mengubah teknik yaitu dengan mencoba membuka lampion yang ada di ujung lidi itu. Kami membuat lampion menjadi pengait lidi yang satu ke lainnya tapi kenyataannya tidak berhasil dan Ibu Dina juga mengatakan kalau lampion itu bukan menjadi pengait lidi. Lalu kami berpikir lagi apalagi melihat kelompok lain sudah selesai dan tinggal kelompok kami yang belum selesai. Kami mencoba lagi dengan mengaitkan ujung lidi ke bawah lampion (yang mengaitkan lampion dengan lidi) dan mengatur mana lidi yang di atas dan mana yang di bawah dan akhirnya kami berhasil.

Nama Anggota Kelompok :

1. Alfine Pebrina Pinem 08-001

2. Susi Tambunan 08-061

3. Laura Feronika 08-092

2.08.2010

"Keyakinan tentang proses belajar mengajar POD"; resume II

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Jenis-Jenis Pendekatan

1. Pendekatan perumusan masalah

2. Pendekatan proyektif

3. Pendekatan appersepsi-interaksi

4. Pendekatan perwujudan diri – sendiri

a. Proses yang terpusat pada pebelajar

b. Belajar sesama teman dalam kelompok

c. Membantu timbulnya konsep diri yang positif

d. Daya khayal yang berdaya cipta


Model Kurikulum dan Penerapan Teori Belajar

1. Model Kurikulum

a. Model informasi

b. Model pemecahan masalah

c. Model proyektif

d. Model ekspresi/perwujudan diri

2. Penerapan teori belajar pada Situasi Belajar

a. Pendekatan yang terpusat pada masalah

b. Pendekatan perwujudan diri


KEYAKINAN-KEYAKINAN TENTANG PROSES BELAJAR DAN PEBELAJAR

Keyakinan Proses Belajar Orang Dewasa

1. Tujuan-tujuan instruksionalnya

yang berhubungan dengan pengalaman atau kegiatan belajar yang khusus

2. Proses belajarnya


Keyakinan-keyakinan Tentang Pebelajar Orang Dewasa

1. Hubungan manusia dengan masyarakat

2. Hubungan manusia dengan alam

3. Orientasi manusia dengan alam


PERSPEKTIF TEORITIS BELAJAR ORANG DEWASA

Carl Roger

1. Manusia memiliki potensi alamiah untuk pebelajar

2. Kegiata belajar terjadi bila pebelajar tidak merasa takut

3. Kebanyakan pelajaran penting diperoleh dengan cara melakukan

4. Belajar yang diprakarsai diri sendiri

5. Rasa bebas, sifat kreatif, dan percaya diri


Paulo Freire

1. Pembelajar mengetahui segala sesuatu sedangkan pebelajar tidak tahu apa-apa

2. Pembelajar berpikir kemudian pebelajar memikirkan apa yang dipikirkan pleh pebelajar

3. Pembelajar mendisiplinkan sedangkan pebelajar didisiplinkan

4. Pembelajar memilih dan memaksakan pilihannya, sedangkan pebelajar tunduk patuh

5. Pembelajar bertindak, pebelajar menghayalkan tindakan yang dilakukan oleh pembelajar


Robert M. Gagne

Ia mengajukan 8 tipe belajar yaitu:

1. Belajar berisyarat

2. Belajar stimulus-respon

3. Rangkaian motorik

4. Rangkaian verbal

5. Diskriminasi berganda

6. Belajar konsep

7. Belajar aturan

8. Pemecahan masalah


Jack Mezirow

1. Dilema yang tidak diorientasikan

2. Ujian swakelola

3. Merencanakan rangkaian tindakan

4. Mengeksperimentasikan peranan baru

5. Reintegrasi ke dalam masyarakat

Selanjutnya, ia menyatakan adanya perbedaan tingkatan refleksi, dan ada tujuh tahap yang terjadi dalam masa kedewasaan :

1. Refleksivitas

2. Refleksivitas afektif

3. Refleksivitas diskriminasi

4. Refleksivitas pertimbangan

5. Refleksivitas konseptual

6. Refleksivitas psikis

7. Refleksivitas teoritis


Malcolm Knowles

Prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu :

1. Pebelajar merasakan kebutuhan belajar

2. Lingkungan belajar nyaman

3. Pebelajar berpartisipasi secara aktif dalam prose belajar

4. Proses belajar berhubungan dengan dan memanfaatkan pengalaman pebelajar

5. Pebelajar memiliki hasrat maju ke arah tujuan


POD DALAM TINJAUAN FILSAFAT

Filsafat-filsafat Umum : Suatu Tinjauan Sekilas

1. Idealisme

Bagi kaum idealis, bahwa kenyataan adalah merupakan khasanah pikiran, dan tidak memperdulikan keadaan fisik, tidak mempertimbangkan materi sebagai kenyataan.

2. Realisme (Materialisme dan Naturalisme)

Ilmu pengetahuan yang realis meneriman istilah-istilah/dalil-dalil yang berhubungan dengan manusia, seperti berikut :

a. Monisme

b. Operasionisme

c. Mekanisme

d. Determinisme

e. Experimentalisme


Sebuah Ikhtisar Dari Filsafat POD

1. Essensialisme

2. Perenialisme

3. Progressivisme

4. Rekonstruksionisme

5. Eksistensialisme

George Kneller berpendapat bahwa filsafat eksistensialisme mengesampingkan 3 gagasan konvensional :

1. Pendidikan adalah usaha yang utama dari masyarakat untuk melanjutkan pewarisan budaya

2. Pendidikan adalah suatu alat untuk menyalurkan kebenaran abadi

3. Pendidikan adalah suatu alat atau cara untuk menyesuaikan generasi muda kepada kehidupan di dalam komunitas yang demokratik


Referensi : Pendidikan Orang Dewasa (Dr. Yusnadi, M.S)