Pages

10.22.2010

Teori Kognitivistik


A. Vygotsky

· Lahir pada tahun 1896 di Tsarist Russia dan meninggal pada tahun 1934

· Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare’s Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi.

· Dia masuk sekolah kedokteran di Universitas Moscow kemudian pindak ke sekolah hukum.

· Tertarik pada psikologi ketika berusia 28 tahun.


B. Asumsi

· Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental. Developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya.

· Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental

· Kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.


C. Zone Proximal Development

· Merupakan serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau orang yang lebih mampu.

· Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.


D. Scaffolding

· Merupakan teknik untuk mengubah level bantuan untuk belajar seseorang. Seorang guru atau sesama murid yang lebih pandai atau mampu menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja murid.

· Scaffolding juga berarti berarti bahwa memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri. (Nur, 1998:32)


PERBANDINGAN TEORI PIAGET DAN VYGOTSKY

TOPIK

PIAGET

VYGOTSKY

Konteks Sosiokultural

Sedikit penekanan

Kuat penekanan

Konstruktivisme

Konstruktivis kognitif

Konstruktivis sosial

Tahapan

Penekanan kuat pada tahapan

Tidak ada pandangan tentang tahapan umum perkembangan

Proses Utama

Skema, asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi, inteligensi, interiorisasi

ZPD

Peran Bahasa

Minimal; kognisi terutama mengatur bahasa

Bahasa memainkan peranan kuat dalam membentuk pemikiran

Pandangan tentang Pendidikan

Pendidikan hanya memperbaiki keahlian kognitif anak yang sudah muncul

Pendidikan memainkan peran sentral, membantu anak mempelajari alat-alat kultur

Implikasi Pengajaran

Guru adalah fasilitator dan pembimbing, bukan pengatur; memberikan dukungan untuk anak agar mengeksplorasi dunia mereka dan menemukan pengetahuan

Guru adalah fasilitator dan pembimbing bukan pengatur; memberikan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar bersama guru dan teman yang ahli


Referensi :

Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan ed Kedua. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.


Teori Belajar Kognitivistik

A. Jean Piaget
- Lahir pada 9 Agustus 1986 di Neuchatel, Swiss
- Ayahnya adalah ahli sejarah
- Tertarik pada filsafat (umumnya) dan epistemology (khususnya)
- Mendapat gelar Ph।D di bidang biologi pada saat usia 21 tahun

B. Konsep Teoritis Umum
1 Inteligensi
• Tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk kelangsungan hidup organisme. Sebuah tindakan yang cerdas selalu cenderung menciptakan kondisi optimal untuk survival organisme di dalam situasi yang sedang dialaminya.
• Inteligensi adalah bagiam integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka.
• Teorinya sering disebut sebagai genetic epistemology (epistemologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Istilah genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis.

2. Skemata
Schema adalah potensi untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya, skema memegang adalah kemampuan umum untuk memegang sesuatu.
Content (isi) adalah kondisi-kondisi yang berlaku selama terjadi manifestasi potensi umum.

3. Asimilasi dan akomodasi
Cognitive structure (stuktur kognitif) organisme merupakan jumlah skemata yang tersedia untuk organisme pada waktu tertentu. Menentukan apa aspek dari lingkungan fisik yang dapat “eksis” untuk organisme.
Asimilasi adalah proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang dan merupakan jenis pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Misalnya, jika skema mengisap, menatap, menggapai, dan memegang sudah tersedia bagi si anak, maka segala sesuatu yang dialami anak akan diasimilasikan ke skemata itu. Saat struktur kognitif berubah, maka anak mungkin bisa mengasimilasikan aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan fisik.
Accomodation (akomodasi) merupakan proses memodifikasi struktur kognitif.
• Setiap pengalaman yang dialami seseorang akan melibatkan asimilasi dan akomodasi. Asimilasi dan akomodasi disebut sebagai functional invariants (invarian fungsional) karena mereka terjadi di semua level perkembangan intelektual.

4. Ekuilibrasi
• Adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar mendapatkan adaptasi yang maksimal atau dorongan terus-menerus ke arah keseimbangan.
• Merupakan konsep motivasional, yang bersama dengan asimilasi dan akomodasi diapakai untuk menerangkan pertumbuhan intelektual anak.

5. Interiorisasi
• Interaksi awal dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor; yakni, mereka merespons stimuli lingkungan secara langsung dengan reaksi motor (gerak) refleks.
Interiorization adalah penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan meningkatnya penggunaan stuktur kognitif. Misalnya, anak mampu “memikirkan” objek yang sebelumnya tidak mampu mereka pikirkan. Apa yang kini dialami anak adalah fungsi dari lingkunngan fisik dan struktur kognitifnya, yang merefleksikan akumulasi pengalaman sebelumnya.
• Setelah struktur kognitif berkembang, struktur itu menjadi makin penting dalam proses adaptasi. Saat proses interiorisasi terus berlanjut, respon adaptif menjadi makin tak tampak. Proses tak tampak ini disebut operation aksi, dan istilah operasi ini secara umum dapat disamakan dengan “berpikir”.
Reversibility adalah setelah sesuatu dipikirkan, ia lalu dapat “tidak dipikirkan”; yakni, suatu operasi, setelah dilakukan, dapat ditinggalkan secara mental.
Concrete operations adalah penggunaan operasi awal akan tergantung pada kejadian-kejadian yang dialami anak secara langsung.
Formal operations adalah operasi setelah operasi awal yaitu yang tidak tergantung pada kejadian lingkungan, sehingga anak bisa memecahkan persoalan yang murni hipotetis.
• Jadi, interiorisasi adalah proses yang dengannya tindakan adaptif menjadi makin tersamar.

C. Tahap-Tahap Perkembangan
1. Sensorimotor stage (dari lahir sampai dua tahun).
• Dicirikan oleh tidak adanya bahasa. Interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini.
• Anak-anak bersikap egosentris. Segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada.
• Di akhir tahap, anak mengembangkan konsep kepermanenan objek (object permanence).

2. Preoperational thinking (sekitar dua sampai tujuh tahun).
• Pemikiran prakonseptual (pemikiran pra-operasional), anak mulai membentuk konsep sederhana. Logika mereka berkembang secara transduktif. Contoh dari penalaran transduktif adalah “Sapi adalah hewan besar dengan empat kaki. Hewan itu besar dan mempunyai empat kaki; karenanya, hewan itu adalah sapi.”
• Periode pemikiran intuitif (sekitar empat sampai tujuh tahun), anak memecahkan masalah secara intuitif. Gagal mengembangkan konservasi yaitu kemampuan untuk menyadari bahwa jumlah, panjang, substansi, atau luas akan tetap sama meski hal-hal seperti itu direpresentasikan ke dalam bentuk yang berbeda-beda.

3. Concrete operation (sekitar tujuh sampai sebelas atau dua belas tahun).
• Mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan (dari yang terkecil sampai yang terbesar dan sebaliknya), dan menangani konsep angka.

4. Formal operations (sekitar 11 atau 12 tahun sampai 14 atau 15 tahun).
• Dapat menangani suatu hipotetis, dan proses berpikir mereka tak lagi tergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil.

D. Kondisi Optimal untuk Belajar
• Informasi harus disajikan sedemikian rupa sehingga dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif tetapi pada saat yang sama ia harus berbeda agar menimbulkan perubahan dalam struktur kognitif tersebut.
• Seseorang harus dapat menentukan jenis struktur kognitif apa yang tersedia bagi individu dan pelan-pelan mengubah struktur ini sedikit demi sedikit.
• Ekuilibrasi atau tendensi mencari harmoni antara diri dengan lingkungan, juga merupakan bawaan.

F. Pendapat Piaget tentang Pendidikan
• Pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar.
• Membutuhkan pengalaman yang menantang bagi pembelajar bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual.
• Pendidikan harus diindividualisasikan.


G. Evaluasi Teori Piaget
1. Kontribusi
• Mengasumsikan bahwa belajar terjadi kurang lebih secara kontinu dan belajar melibatkan akuisisi informasi dan representasi kognitif dari informasi itu.
• Mengidentifikasikan aspek kualitatif dari belajar.

2. Kritik
• Informasi yang disediakan tidak dapat dicatat dengan mudah dalam eksperimen laboratorium yang ketat.
• Harus berhati-hati saat mengambil kesimpulan dari observasi yang dibuat dengan metode klinis.
• Kurang generalisasi karena tidak dapat mengamati anak atau orang dewasa dari kultur selain kultul dirinya sendiri.

Referensi :
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Premedia Group : Jakarta.

10.13.2010

Jawaban UTS Psi Belajar

Jawaban UTS dapat di klik di sini

10.02.2010

Berbagai Kemampuan Belajar

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas atau kemampuan. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas atau kemampuan tersebut adalah dari:
- Stimulasi yang berasal dari lingkungan
- Proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar
Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar, di mana:
- Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dan lingkungan”.
- Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.

Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Berdasarkan pengalaman belajar saya selama ini hasil belajar tentang informasi verbal adalah saya mengetahui dan dapat mengucapkan secara verbal tentang definisi-definisi atau konsep-konsep psikologi seperti penngertian psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan mental manusia melalui perilakunya yang tampak.
2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi, dan prinsip.
3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Di dalam kehidupan belajar saya ketika semester satu contohnya ketika mempersiapkan belajar untuk materi kuliah saya cenderung bisa menerima atau memahami materi tersebut bila saya memiliki sikap positif terhadap materi tersebut seperti materi yang tidak ada konsep berhitungnya tetapi karena saya memiliki sikap negatif terhadap perhitungan maka ketika saya belajar statistika, saya susah memahami pelajaran tersebut.

Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks yakni:
1) Belajar tanda-tanda atau isyarat (signal learning) merupakan proses belajar melalui pengalaman-pengalaman menerima suatu isyarat tertentu untuk melakukan tindakan tertentu. Di dalam kehidupan belajar saya contohnya ketika adanya sikap dosen yang sangat menyenangkan dimana sebelum memulai pelajaran diawali dengan berdoa dan ketika memasuki kelas juga dengan wajah yang tersenyum membuat saya mengikuti pelajaran dosen tersebut dan menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh dosen tersebut.
2) Belajar hubungan stimulus-respons (stimulus Response-Learning) dimana respons bersifat spesifik, tidak umum dan kabur. Di dalam kehidupan belajar saya contohnya ketika saya belajar teori Freud yang defence mechanism. Setelah memahami konsep defence mechanism maka kami disuruh mencari contoh-contoh dari tiap-tiap defence mechanism tersebut baik dari buku-buku maupun dari internet.
3) Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (chaining learning) terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi. Belajar dengan tipe ini sangat jarang terjadi di dalam kehidupan belajar saya.
4) Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) tipe belajar ini bersifat asosiatif tingkat tinggi, karena biarpun asosiasi memegang peranan, tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5) Belajar membedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) suatu tipe belajar yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagi gejala. Di dalam kehidupan belajar saya contohnya ketika belajar tentang pengertian psikologi di sini tidak hanya pengertiannya saja yang dipahami tapi juga jenis-jenis dari psikologi itu seperti ada psikologi pendidikan, klinis, dll. Setelah masing-masing jenis psikologi itu ada lagi konsep-konsep di dalamnya. Jadi di sini mampu membedakan jenis-jenis dari psikologi.
6) Belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada bebagi objek.
7) Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam macam-macam aturan.
8) Belajar memecahkan masalah (Problem Solving) tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang kompleks, karena didalamnya terkait tipe-tipe belajar yang lain, terutama penggunaan aturan-aturan yang ada disertai proses analisis dan penyimpulan. Di dalam kehidupan belajar saya contohnya ketika belajar untuk ujian dimana biasanya setelah membaca setiap satu bab maka saya akan mengulangi bab tersebit secara keseluruhan tidak konsep per konsep lagi tetapi sudah secara keseluruhan.

Daftar Pustaka :
http://cholisak.blog.friendster.com/2006/11/belajar-dan-pembelajaran/
Belajar dengan Penguatan

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania. Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Gelar, B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, di mana dia mengambil jurusan Sastra Inggris.
Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung. Skinner juga dikenal dengan teori operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali. Dia juga mengenalkan dua tipe pengkondisian yaitu :
1. Pengkondisian Tipe S juga dinamakan respondent conditioning (pengkondisian responden) yang identik dengan pengkondisian klasik. Dinamakan Tipe S karena penekanannya pada stimulus.
2. Pengkondisian Tipe R. Pengkondisian tipe inilah yang disebut operant conditioning (pengkondisian operan). Dinamakan Tipe R karena penekanannya adalah pada respon.
Jadi, menurut Skinner responlah yang bertindak mengenai lingkungan yang menimbulkan konsekuensi yang berpengaruh pada individu, dan dengan demikian mengubah tingkah laku yang akan datang.

Eksperimen yang dilakukan Skinner yaitu sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, tuas atau pengungkit dan lantai berkisi-kisi yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tikus itu tidak sengaja menekan tuas sehingga makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Atau dengan kata lain penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (reward). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah, perilaku senyum, tepuk tangan atau penghargaan.
2. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, dll.

Selain penguat unsur terpenting dalam belajar adalah hukuman. Hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Aplikasi teori Skinner ini dalam pengalaman belajar saya seperti berikut:
disini saya harus bisa menganalisis penguat yang efektif agar keinginan saya untuk belajar itu semakin kuat. Seperti karena saya hobi membaca novel maka saya memberi penguat yaitu saya boleh membeli novel jika nilai ujian saya bagus tetapi sebaliknya jika nilai ujian saya tidak baik saya tidak boleh membeli novel. Tidak hanya itu saja, jika nilai kuis saya bagus maka saya boleh menyewa film yang saya senangi. Dan untuk menerapkan itu semua diperlukan adanya perjanjian (contract) agar penguatnya menjadi semakin efektif. Saya memilih membuat perjanjian itu dengan diri saya sendiri. Memang dibbutuhkan komitmen yang tinggi untuk bisa menerapkannnya. Ketika terkadang saya goyah dengan hal itu maka saya memutuskan untuk membuat perjanjian dengan kakak saya. Jadi, dia yang selalu mengingatkan saya seperti misalnya jika nilai kuis saya tidak bagus maka dia mengingatkan saya tidak boleh menyewa film. Oleh sebab itulah, kartu penyewaannya dipegang oleh kakak saya.

Daftar Pustaka :
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Premedia Group : Jakarta.
Belajar dengan Penguatan

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania. Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Gelar, B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, di mana dia mengambil jurusan Sastra Inggris.
Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung. Skinner juga dikenal dengan teori operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali. Dia juga mengenalkan dua tipe pengkondisian yaitu :
1. Pengkondisian Tipe S juga dinamakan respondent conditioning (pengkondisian responden) yang identik dengan pengkondisian klasik. Dinamakan Tipe S karena penekanannya pada stimulus.
2. Pengkondisian Tipe R. Pengkondisian tipe inilah yang disebut operant conditioning (pengkondisian operan). Dinamakan Tipe R karena penekanannya adalah pada respon.
Jadi, menurut Skinner responlah yang bertindak mengenai lingkungan yang menimbulkan konsekuensi yang berpengaruh pada individu, dan dengan demikian mengubah tingkah laku yang akan datang.

Eksperimen yang dilakukan Skinner yaitu sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, tuas atau pengungkit dan lantai berkisi-kisi yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tikus itu tidak sengaja menekan tuas sehingga makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Atau dengan kata lain penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (reward). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah, perilaku senyum, tepuk tangan atau penghargaan.
2. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, dll.

Selain penguat unsur terpenting dalam belajar adalah hukuman. Hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Aplikasi teori Skinner ini dalam pengalaman belajar saya seperti berikut:
disini saya harus bisa menganalisis penguat yang efektif agar keinginan saya untuk belajar itu semakin kuat. Seperti karena saya hobi membaca novel maka saya memberi penguat yaitu saya boleh membeli novel jika nilai ujian saya bagus tetapi sebaliknya jika nilai ujian saya tidak baik saya tidak boleh membeli novel. Tidak hanya itu saja, jika nilai kuis saya bagus maka saya boleh menyewa film yang saya senangi. Dan untuk menerapkan itu semua diperlukan adanya perjanjian (contract) agar penguatnya menjadi semakin efektif. Saya memilih membuat perjanjian itu dengan diri saya sendiri. Memang dibbutuhkan komitmen yang tinggi untuk bisa menerapkannnya. Ketika terkadang saya goyah dengan hal itu maka saya memutuskan untuk membuat perjanjian dengan kakak saya. Jadi, dia yang selalu mengingatkan saya seperti misalnya jika nilai kuis saya tidak bagus maka dia mengingatkan saya tidak boleh menyewa film. Oleh sebab itulah, kartu penyewaannya dipegang oleh kakak saya.

Daftar Pustaka :
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Premedia Group : Jakarta.
Hukum-Hukum Belajar

Edward Lee Thorndike lahir pada 1874 di Williamsburg, Massachusetts, putra kedua dari seorang pendeta Methodis. Dia lulus S1 dari Universitas Wesleyan tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898.
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah tingkah laku yang muncul dikarenakan adanya stimulus. Teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut dengan teori belajar koneksionisme. Thorndike juga menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Atas dasar percobaannya, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar, yaitu :
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Menurut Thorndike, ada beberapa kondisi yang akan muncul pada hukum kesiapan ini, diantaranya :
a. jika individu siap untuk bertindak dan mau melakukannya, maka ia akan merasa puas.
b. jika individu siap untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan.
c. jika belum ada kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa melakukannya, maka melakukannya akan menjengkelkan.

Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika sudah siap untuk presentasi tetapi dikarenakan dosen tidak hadir maka presentasinya ditunda. Hal ini menyebabkan adanya penurunan dalam belajar untuk mempersiapkan presentasi berikutnya. Karena seperti prinsip hukum kesiapan bahwa ketika individu siap untuk melakukan suatu tindakan tetapi tidak dilakukan maka akan menjengkelkan.


2. Hukum latihan (Law of Exercise)
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal :
a. The Law of Use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons.
b. The Law of Disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika tampil dalam presentasi. Sebelum tampil maka saya latihan untuk berbicara, awalnya di depan cermin baru kemudian di depan teman-teman sekelompok. Sehingga saya dapat melakukan presentasi dengan baik.

3. Hukum efek (Law of Effect)
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs). Rumusan tingkat hukum efek adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.
Misalnya berdasarkan pengalaman saya selama kuliah di Psikologi yaitu, ketika saya belajar sebelum kuis dan saya mendapatkan nilai yang baik maka saya cenderung untuk belajar dulu sebelum kuis. Tetapi suatu ketika pernah saya sudah belajar sebelum kuis tetapi mendapatkan hasil yang tidak memuaskan maka ketika ada kuis lagi di mata kuliah yang sama saya malas untuk belajar.

Selain ketiga hukum tersebut konsep belajar Thorndike yaitu belajar yang inkremental yaitu belajar secara bertahap bukan yang insighful. Di sini aplikasinya berdasarkan pengalaman saya yaitu sebelum memulai suatu materi saya biasanya melihat topik-topik yang ada dalam materi tersebut kemudia membahas satu-persatu topik-topik tersebut.

Daftar Pustaka :
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Premedia Group : Jakarta.

प्सिकोलोगी बेलाजर 1

Belajar Dikondisikan

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta dan Pavlov pada mulanya belajar untuk menjadi pendeta tapi dia berubah pikiran. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.

Pavlov merupakan salah satu tokoh behavioristik yang menemukan teori classical conditioning yang ditemukannya melalui eksperimennya terhadap anjing. Dalam teori classical conditioning ini dinyatakan bahwa stimulus baru dapat dibuat untuk menimbulkan refleks tertentu. Berdasarkan teori Pavlov ini dalam belajar diperlukan pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan yang dapat menimbulkan respon pada diri. Selain itu dalam belajar juga terdapat adanya pembangkitan respon dari stimulus yang pada awalnya bersifat netral atau tidak mempengaruhi. Melalui penggabungan antara stimulus yang netral ini dengan respon, dimana proses ini dilakukan secara berulang-ulang maka nantinya stimulus netral ini dapat menimbulkan respon yang diinginkan. Biasanya respon yang terbentuk adalah bersifat emosional atau fisiologikal dan tidak disengaja. Maksudnya di sini adalah respon yang ada tersebut diluar kontrol kesadaran individu. Selain itu, adanya stimulus yang tadinya tidak ada hubungan menjadi berhubungan.

Sebagai ilustrasi yang dilakukan oleh Pavlov adalah percobaannya pada seekor anjing dan ia memperhatikan perubahan tingkah laku pada waktu tertentu. Dalam eksperimennya, ia menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka tidak refleksif dan tidak dapat dikendalikan. Melalui eksperimennya, Pavlov berharap agar air liur anjing itu bisa keluar bukan karena adanya suatu makanan, akan tetapi dikarenakan adanya kondisi tertentu yang sengaja dibuat. Singkatnya, percobaan Pavlov adalah sebagai berikut :
CS dan UCS diberikan tidak bersamaan :
- CS = bel dibunyikan responnya air liur tak keluar
- UCS = makanan diberikan responnya air liur keluar (UCR)
CS dan UCS diberikan bersamaan dan berkali-kali :
- CS dan UCS = bel dibunyikan dan air liur keluar
makanan diberikan (UCR)

Dari contoh di atas jika dikaitkan dengan pengalaman belajar saya, penerapan teori Pavlov ini seperti berikut, disini respon yang ingin ditimbulkan adalah keinginan untuk belajar. Jika diawali dengan membaca textbook maka keinginan untuk belajar itu kurang atau terkadang tidak ada. Baru baca satu halaman saja sudah mulai bosan. Tetapi jika membaca novel terlebih dulu maka ada keinginan untuk belajar tersebut. Kemudian saya sebelum belajar, membaca novel terlebih dulu kemudian membaca textbook baru belajar. Dan ketika proses ini saya lakukan berulang-ulang sekitar sebulan maka akhirnya tanpa membaca novel terlebih dulu saya mau memulainya dengan membaca textbook.

Tetapi pada suatu ketika saya merasa jenuh juga karena membaca textbook tanpa membaca novel. Atau dalam teori Pavlov disebut adanya extinction atau pelenyapan. Dan ketika hal ini terjadi saya mulai mencobanya lagi dari awal yaitu membaca novel dulu sebelum mulai membaca textbook.
Dari pengalaman saya di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
- Textbook merupakan CS (Conditioned Stimulus) dan buku novel merupakan US (Unconditioned Stimulus)
- Adanya keinginan belajar karena textbook merupakan CS (Conditioned Stimulus)
- Buku novel yang merupakan US disebut juga reinforcement (penguat).

Pada awalnya saya tidak menyadari bahwa pengalaman saya tersebut merupakan aplikasi dari teori Pavlov ini sampai akhirnya saya mempelajari tentang teori Pavlov ini.

Daftar Pustaka
Hergenhahn, B. R. & Olson M. H. 2009. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Premedia Group : Jakarta.