LAPORAN OBSERVASI
Aplikasi Teori-Teori Belajar dalam Proses Belajar Mengajar
DI SMP GKPI
I. Pendahuluan
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapai tujuan pendidikan hanya bergantung kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh murid sebagai anak didik.
Menurut Cronbach dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa “Belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pengajar mempergunakan panca indranya. Menurut Witharington (1952. h. 165) “belajar merupakam perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola proses yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Menurut Kimble, belajar adalah perubahan yang relatif permanen di dalam potensi perilaku yang terjadi sebagai akibat dari praktik yang diperkuat. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam proses belajar mengajar tidak pernah lepas dari teori belajar. Teori itu adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Guru menggunakan teori belajar sesuai dengan pemahaman mereka. Terkadang guru menggunakan lebih dari satu teori belajar dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Teori-teori belajar yang digunakan seperti teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme, humanisik, dan lain-lain.
II. Latar Belakang
Observasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas dan aplikasi dari teori-teori belajar dalam proses belajar mengajar tersebut. Observasi ini juga kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar.
III. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : SMP GKPI Pamen
Alamat : Jln. Jamin Ginting Kompleks Pamen Kode Pos 20155
Hari / Tanggal : Rabu, 10 November 2010
Waktu : 09.45 WIB – 10.30
Subyek : VIII
Objek : Bahasa Inggris
Jumlah siswa : 29
IV. Hasil Observasi
Setelah selesai menerangkan materi pelajaran, guru menunjuk beberapa murid untuk memberikan contoh kalimat yang menggunakan simple future tense. Namun, para murid mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari tidak adanya respon dari para murid. Melihat hal itu guru tidak diam saja, guru berusaha membantu tetapi tidak membantu secara langsung dengan memberikan jawabannya. Guru membantu dengan memberikan saran kepada muridnya yaitu dalam membuat contoh kalimat maka buatlah dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan kita seperti aktivitas-aktivitas yang kita lakukan selama sehari. Setelah murid berhasil memberikan contoh kalimat, guru bertanya kepada mereka apakah sudah memahami materi hari itu.
Kemudian para murid membuat catatan mengenai materi tersebut. Di mana metodenya yaitu guru mendiktekan dan murid menuliskan di buku catatan masing-masing. Untuk menguji pemahaman murid, guru mengajak siswa membahas soal bersama-sama. Guru menunjuk salah satu murid untuk menjawab soal tersebut secara bergantian. Dan ternyata masih banyak juga murid yang salah dalam menjawab sehingga guru memberi penekanan yang lebih pada materi hari itu.
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan tes yang bersifat closebook. Tes ini diberikan untuk melihat sejauhmana para murid telah memahami materi tersebut. Dalam memberikan penilaian guru menetapkan batas standar yaitu 50 maka jika murid mendapat nilai di bawah 50, murid tersebut wajib mengulang tes tersebut. Karena diberikan 15 menit sebelum pelajaran berakhir maka para murid tidak selesai dalam mengerjakan tes tersebut. Tes dikumpulkan lagi dan dilanjutkan di pertemuan berikutnya.
V. Telaah Hasil Observasi
1. Teori Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan asosiasi antara kesan indrawi dengan impuls atau dengan kata lain adanya hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Selanjutnya Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar yaitu law of effect, law of exercise dan law of readiness.
a. Law of effect
Yaitu adanya penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus dan respon sebagai akibat dari konsekuensi dari respons. Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang memuaskan), kekuatan koneksi itu akan bertambah. Dalam observasi tampak bahwa di sini guru memberikan senyuman terhadap jawaban anak yang benar, sehingga akan semakin menguatkan pada anak konsep pelajaran tersebut. Dan sebaliknya, jika respon diikuti dengan annoying state of affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan koneksi akan menurun.
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement) maksudnya pengetahuan yang terbentuk melalui ingatan stimulus- respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi 2 yaitu penguatan positif & penguatan negatif. Bntuk –bentuk penguatan positif:hadiah, permen, kado, makanan, perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol). Bentuk –bentuk penguatan negative menunda / tidak memberi penghargaan.
Dalam observasi di SMP GKPI ini tampak bahwa guru memberikan senyuman ketika anak memberikan jawaban yang benar dan kadang-kadang juga dengan menyebutkan kata “bagus”. Selain itu ketika anak menjawab salah guru juga langsung membetulkannya.
Konstruktivisme adalah merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan hidup. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Sedangkan pendekatan bottom-up tradisional dimana keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap dibangun menjadi keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. (Slavin, 1997 dalam Nur dan Retno,2000:7). Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
VI. Kesimpulan
Proses belajar mengajar di SMP GKPI Pamen berlangsung dengan baik tetapi masih ada yang kurang yaitu guru kurang memotivasi atau menarik murid agar memperhatikan pelajaran. Di sini guru langsung masuk ke inti pelajaran. Guru juga kurang memberikan kesempatan bagi murid-muridnya untuk saling berdiskusi dengan teman-temannya.
Kesan yang mendalam selama observasi terutama bertemu dengan siswa di mana mereka bersikap sopan dan ramah. Guru juga begitu friendly terhadap siswa-siswanya dengan memberikan senyuman, dan memanggil siswa terkadang dengan sebutan “sayang” yang dapat membuat siswa menjadi nyaman dan semangat selama pelajaran di kelas.
Dengan dimintanya siswa untuk memberikan contoh dari yang sudah dijelaskan oleh gurunya, dapat meningkatkan pemahaman murid tentang konsep materi tersebut dan mengetahui sejauh mana pemaham siswa. Guru juga menciptakan suasana kelas dengan nyaman, dengan adanya dialog antara siswa dan guru, jadi membuat siswa berani untuk mengutarakan pendapatnya dan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Diakhir pelajaran guru memberikan tugas kepada siswa, untuk melihat feedback dari siswa. Apakah siswa sudah memahami tentang konsep yang diajarkan dan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep tersebut.
VII. Daftar Pustaka
Hergenhahn, B.R & Matthew H. Olson. 2009. Theories of Learning ed. 7. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/06/adakah-teori-belajar-yang-ideal/ (Adakah Teori Belajar yang Ideal, 16 November, 2010)
http://andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori-belajar-2/ (Teori-Teori Belajar, 16 November 2010)
Yatim, H. Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
IX. Testimoni
Dalam merencanakan sekolah mana yang kami observasi, pertama kami mau mencoba untuk meminta izin di SMP negeri dekat dengan kampus, namun kami tidak diberi izin oleh pihak sekolah. Kemudian kami melihat sekolah lain yang dekat dan akhirnya kami memutuskan untuk observasi ke SMP GKPI Pamen. Sebelum kami pergi untuk observasi, pertama kami meminta izin dahulu ke kepala sekolah setelah di setujui kami barulah membuat surat izin dari kampus untuk melakukan observasi di SMP GKPI tersebut.
Kami memutuskan untuk melakukan observasi yaitu pada tanggal 10 November 2010. Kami sudah membuat janji dengan salah satu guru untuk melakukan observasi pukul 09.00 WIB. Tetapi karena pada saat itu ada kegiatan di kampus jadi kami terlambat berangkat ke sana. Kami berangkat dari kampus pukul 09.00 WIB. Di dalam perjalanan, kami merasa khawatir kami tidak akan diterima di sekolah tersebut karena kami telat, tidak sesuai dengan janji yang sudah disepakati. Akhirnya kami tiba di sekolah tersebut pukul 09.15 WIB. Setibanya di sekolah tersebut kami langsung menuju ke kantor guru. Bapak tersebut mengatakan kepada kami bahwa kami sudah terlambat jadi tidak mungkin untuk masuk kelas di tengah-tengah proses belajar karena akan mengganggu. Jadi kami disuruh menunggu hingga jam pelajaran berikutnya yaitu pada pukul 09.45.
Dalam penyusunan laporan ini kami mengalami kendala dari segi waktu, yaitu tidak adanya waktu yang pas bagi kami bertiga untuk mendiskusikannnya. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat masing-masing kemudian mengirimkan ke salah satu dari kami untuk menggabungkannya.
X. Dokumentasi
Ketika Menunggu Untuk Observasi
Kelompok 3 :